Thursday, December 06, 2012

Are you ready to marriage ??





Masih sangat jelas didalam ingatan saya tentang betapa kegetnya mendengar bahwa salah satu teman saya yang berusia sama dengan saya akan menikah, padahal ketika itu kami masih sama-sama baru lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Dan sekarang saya dikagetkan lagi dengan kabar bahwa teman saya itu telah menikah lagi, dan juga telah bercerai dari suami pertamanya sekitar satu tahun yang lalu. Hal itu membuat saya berfikir tentang betapa pentingnya sebuah kesiapan. Apalagi yang membuat saya sangat kaget adalah ternyata teman saya itu menikah bukan karena keinginannya, tapi karena perintah dari orang tuanya. Ya, begitu mudahnya perintah tentang menikah itu. Padahal menikah bukanlah hal yang mudah, menikah bukan hanya tentang kesiapan fisik, namun mental, juga agama. Masih banyak orang tua yang ingin menyelamatkan perekonomian keluarga dengan cara menikahkan putrinya, atau mereka orang tua berfikir untuk menyelamatkan putrinya dari pergaulan bebas dengan cara menikahkannya. Terkadang ada yang bersedia dan menjalani dengan sabar, ada juga yang tidak bersedia namun terpaksa menjalani. Padahal sebenarnya, perlu difahami bahwa dalam sebuah pernikahan membutuhkan sebuah kesiapan yang kuat. Bukan hanya kesiapan fisik, namun juga mental, dan agama. Kebanyakan para orang tua yang masih menggunakan pemikiran kolotan, tidak begitu menganggap tentang kesiapan mental dan agamanya. Menurut mereka, putri mereka akan siap mentalnya ketika dia telah berkeluarga dan kuat agamanya ketika dia sudah berkeluarga. Padahal, kesiapan mental harusnya disiapkan sebelum sang anak memutuskan untuk berkeluarga. Sehingga jika mentalnya siap, sang anak dapat membentuk keluarganya dan mendidik keturunannya sebagai seorang ibu dengan benar karena ia telah siap. Tapi jika sang anak mendapatkan kesiapan mental karena terpaksa atau bahkan belum pernah siap, sang anak akan membentuk keluarganya sebagai seorang ibu dengan terpaksa dan tekanan. Sehingga menimbulkan salah cara asuh pada keturunannya yang berakibat sangat fatal pada kehidupan keturunannya. Karena, cara didik seorang ibu akan sangat berpengaruh pada cara berfikir anaknya. Jika sang ibu belum siap dan mendidik anak-anaknya dengan cara yang salah, anak bisa mengalami rasa minder yang tertanam kuat dalam fikirannya atau rasa berontak yang sangat kuat dalam fikirannya. Sehingga anak akan bersikap salah dan hidup dengan cara yang salah. Atau seorang anak perempuan yang menikah dengan kurang siapnya agama perempuan tersebut. Dengan kurangnya agama seorang perempuan, dia tidak akan bisa mendasari keluarganya dengan agama yang baik. Sehingga seisi keluarga akan kurang agamanya. Atau perempuan itu tidak bisa patuh pada suami karena kurang agamanya, atau patuh tapi dengan terpaksa. Itu adalah sebuah hasil dari kurang siapnya agama seorang perempuan untuk berkeluarga. Yang mengakibatkan dosa yang besar karena didalam islam, surga seorang istri berada pada suaminya. Namun jika seorang perempuan memilih berkeluarga dengan kesiapan agama yang kuat, maka dia akan mendasari keluarganya dengan agama yang kuat dan patuh pada suaminya berdasarkan aturan agama yang telah ada. Apalagi jika rasa cinta antar pasangan adalah akar dari pernikahan, maka keluarga yang dibinapun akan penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang. Namun yang terpenting, seseorang dalam mengambil keputusan untuk berkeluarga harus memiliki kesiapan fisik, mental, dan agama. Jadi, jika anda belum memiliki kesiapan fisik untuk menghidupi keluarga, atau mental untuk membina keluarga, dan agama untuk membimbing keluarga, jangan pernah mengambil keputusan mudah untuk menikah. Karena menikah bukanlah sebuah permainan, namun sesuatu yang sakral yang diharapkan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. So make your choice with a good way :)


6 November, 2011.
Gedung baru lt 3, Kediri. 


0 comments: