Thursday, November 18, 2021

Mata yang berbeda

 Sampul usang, warna yang tak lagi menyala, tulisan yang tak lagi terlihat jelas bacanya, dunia menua membawa mata dan pikiran menjelajahi usia. Tak terlihat menarik untuk diajak bercanda, bercerita, berbagi senang dan tawa. Tapi bisakah kamu melihat lebih dalam membaca mata mereka? Rona yang tak lagi sama. Mata mereka telah berubah, mata yang berbeda dengan aku dulu yang berjiwa muda. Mata yang lebih berair dari milik kita, mata yang lebih dalam dan lebih gelap dari palung mariana. Suka yang terbang tinggi ke langit, maupun duka yang terlihat meregang nyawa. Semua pernah tergambar jelas di mata mereka. Lihatlah, lihatlah dengan seksama para mata yang mulai berbeda. 



Wednesday, May 17, 2017

Kebenaran



Pemahaman paling menyakitkan adalah memahami jalan hidup tanpa benar-benar yakin akan kebenaran, benar semua akan indah pada waktunya ataupun benar semua keyakinan akan terbayar lunas akhirnya. Kebenaran, entah itu wacana atau realita. Nyatanya, aku pernah yakin bahwa hidup takkan pernah menyeretku dengan sedemikian rupa hingga sampai di titik ini. Keluhan demi keluhan seperti kumpulan buku yang terus saja kubaca dan kucari maknanya. Berharap kebijaksanaan ada di dalam hatiku, dan tak lagi rapuh mengharap sosok sempurna sebagai tempat berlabuh.


Dulu, terang adalah kebaikan dan gelap adalah keburukan. Tapi sekarang, tak peduli itu hitam atau putih, gelap atau terang, benar atau salah, ketika semua orang dengan buta percaya pada kebenaran aku tak yakin pada apapun. Karena, tidak ada yang benar.

Tuesday, May 09, 2017

Rencana

Agustus 2012,  12.00.



Segala akal gila sudah ada di dalam kepala dan aku hanya ingin jalan yang berbeda, pikirku. Kulihat jam tangan berulang kali, dan kulihat berjuta-juta kali satu tas jinjing berwarna coklat yang sudah kusiap sedari malam. Pikiranku berkecamuk, apakah aku mampu? Apakah ini bisa? Apakah aku akan baik-baik saja? Segala pertanyaan mendera taka da habisnya. Kemudian kumantapkan kembali niatku, “kamu bisa, kamu sudah sejauh ini melangkah. Kamu bukan perempuan yang hanya akan diam saja, kamu bisa.” Ucapku dalam hati. Entah benar atau tidak, aku tahu apa yang kuinginkan. Kusambar tas jinjingku dan kubawa satu tas slempang yang kukenakan di bahuku. Suara adzan siang itu lebih mirip seperti suara panggilan perang bagiku, entah setan mana yang merasukiku aku hanya ingin pergi dan mencari kesempatan lain dalam hidup. Dalam waktu sekejap aku sudah berada di pinggir jalan raya, dan beberapa petunjuk dari kawan jauhku membuatku lolos dengan menaiki bus antar provinsi berwarna putih biru.


Tangisku kembali pecah, 5 jam perjalanan itu seperti 5 jam diskusi. Berbicara dengan pikiranku sendiri, mempertanyakan apakah sudah benar keputusan yang kupilih. Tapi, seperti biasa apapun yang kupilih adalah apapun yang akan kupertanggung jawabkan hingga akhir nanti. Solo, satu nama kota yang tidak pernah terlintas di kepalaku, bahkan untuk bisa melanjutkan hidup disana-pun tak pernah terbayang di anganku. Kuingat pesan dari kawanku, “ojo sampe terminal, mudun nang panggung. Sak wis e UNS ngomongo bapake mudun panggung.”. Dan dengan pandangan nanar, kusiapkan tas dan HP ku setelah melihat gapura bertuliskan Universitas Sebelas Maret. Langkah pertamaku di kota orang, sendirian. 

Friday, March 31, 2017

Yesterday with you

Nafasmu menyapaku pagi ini, diantara hembusan angin dia berjalan semilir mendinginkan wajahku yang sudah dingin oleh air wudhu. Fajr memanggilku, dan namamu masih terbersit di pikiranku. Hembusan nafasmu masih saja datang,membelai tengkuk kepalaku dan menelisir bulu roma-ku. Adakah kau masih saja berdoa untukku? Karena sapaan nafasmu pagi ini berbisik padaku, terucap doa dari sudut bibir seorang laki-laki yang duduk termenung di alam tunggu. Menunggu dia dibangunkan oleh sang pemilik surge neraka dan seisi alam semesta.

Sang mayapada menyapa dengan cahaya surya yang menyinarinya. Pagi ini, aku adalah pejuang. Pejuang hidup yang kupertahankan karena doa-doamu di masa silam. Permintaanmu agar aku menjalani hidupku dengan senyum yang selalu kau puji kemunculannya, semoga aku masih menjadi orang yang sama. Iman, satu-satunya yang kau pinta untuk kugigit erat dengan gigi graham. Tak boleh kulepas walau sedetik, itu yang kau bilang. Lalu adakah kau masih ada dua-nya? Karena jalanku mulai suram, cahaya matahari pun semakin membuatku silau dan cahaya bulan hanya temaram.


Datanglah padaku lagi, sebagai pemimpin hidup ini. Aku tak percaya dengan reinkarnasi, tapi setidaknya muncul-lah kembali dalam bentuk yang lain. Aku sudah mencoba, tapi pemimpin sepertimu tak pernah datang untuk yang kedua kalinya. Hiduplah kembali..

Tuesday, March 21, 2017

3/21/2017 - No comments

Kehabisan akal

Dear,

Perempuan kebanggaanmu ini menyerah akhirnya. Dia kemarin sudah menunggu di ruang kedatangan, dan bertemu seseorang yang menawarkan minum padanya. Katanya “minumlah, aku akan menemanimu sekarang”, sambil menyodorkan air yang memang dia butuhkan. Menunggu  memang membuatnya haus, haus akan pemahaman. Terkadang dia ingin pulang, tapi sejujurnya walaupun dia pintar dia tetap tidak paham jalan pulang. Seseorang itu bilang, dia pun tidak tau jalan pulang. Tapi dia berjanji, dia akan bertanya terus menerus sambil menggandeng perempuanmu ini dan membawanya pulang.

Di tengah jalan, udara semakin panas. Laki-laki itu mulai enggan bertanya dan kadang memilih duduk menghilangkan penat mengibas-ibaskan tangannya berusaha mendinginkan kepalanya. Tapi perempuanmu itu lelah, dia hanya ingin segera sampai dirumah. Dia ingin segera membuka pintu rumah, duduk dirumah, dan memulai kembali hidupnya. Karena dia, sudah terlalu lama di ruang kedatangan. Dia lelah.. Sangat lelah.. Dan kini.. Entah berjalan atau tidak, rasanya dia hanya ingin menangis di tepi jalan. Berharap ada orang yang menemukannya dan sanggup membawanya pulang. Atau mungkin kematian datang menjemputnya lebih dulu, karena terlalu panas dan terlalu terik dunia padanya. Entahlah.. entah seseorang yang masih menggenggam tangannya kini masih mau berjalan lagi atau tidak, perempuanmu sudah kehabisan harapan. Akal sehatnya sudah tidak lagi bisa terpakai.

Wednesday, January 18, 2017

Laut itu Bisu




Lautan membisu, badai hanya datang membawa angin dan memaksa laut untuk mengatakan sesuatu. Lautan tak mampu, dia hanya bisa mengombang-ambingkan ombak kesana kemari tanpa tuju. Kadang lautan hanya menangis, menelan ludah dan memaksa dirinya memahami sesuatu. Tapi sekali lagi, lautan itu bisu. Lautan itu bergerak karena angin dan badai datang, hanya sampai disitu…

Lautan, katakan sesuatu…

Thursday, January 12, 2017

Bahasa Cinta



Him     : You are a girl with a big ego, a big world, a big dreams.
Saya nggak tau kamu ini perwujudan apa, tapi yang jelas saya melihat dunia dimatamu, saya lihat ego di setiap senyummu, dan saya lihat mimpi besar di setiap gerak-gerikmu.
She      : Gombal, saya yakin kamu ngomong gini karena cuma pengen dapetin hati saya kan?
Him     : Nggak kok, saya jujur.
She      : Jujur yang mencurigakan. Hmmmm…
Him     : ya dikit si…
She      : Tuh kan, cowok mah gitu. Huuuu….

Kemudian yang ada hanya tawa dan pukulan-pukulan kecil diantara mereka.

Cinta itu terlihat, tapi tak kasat mata. Tanpa perlu ditulis, atau digambarkan adanya. Sama seperti sakit, cinta kadang lebih mirip bakteri, virus, atau jamur. Tak nampak, tapi terasa.

Pukulan-pukulan kecil itu seperti bahasa rindu, bahasa cinta selain frasa. Dan tatapan laki-laki itu, lebih mirip ungkapan cinta selain puisi dan bunga.

Mereka menyimpan sejuta ungkapan cinta di dalam hatinya, tapi mengatakannya dalam bahasa kasih yang berwujud peduli antar keduanya.

Ah.. cinta.