Monday, April 21, 2014

Me and You against The World

Ada banyak sekali cerita tentang dunia, tentang suka duka bernafas diatas tanah dibawah langit dunia. Namun satu-satunya hal yang kutakutkan dari dunia adalah dunia itu sendiri, dimana banyak orang berusaha melewati fase-fase kehidupan di dalamnya. Lahir, hidup, tumbuh, dewasa, cinta. Cinta, satu hal yang akan ditemukan manusia di dunia, saat 2 manusia bersatu menjadi satu jiwa untuk melewati fase selanjutnya yang diminta oleh dunia. Karena pada fase selanjutnya, dunia akan semakin buas, memberikan tantangan gila yang kadang tak bisa diterima oleh akal manusia. 1 jiwa 2 raga, 1 cinta 2 manusia, yang akan saling menggenggam tangan menatap kedepan dan berkata “bertahanlah, kita akan melewatinya”. 2 manusia yang akan membentuk 1 dunia, dunia bermain penuh tawa. Wahana-wahana gila yang akan penuh dengan tangisan, sakit hati, kepala, dan mengguncang raga. Namun pada akhirnya, keduanya akan berkata “tadi seru ya..”


Sunday, April 13, 2014

Kalian adalah alasan

Beberapa masalah tentang diriku bisa saja kulewati dengan menutup mata. Tapi tentang kalian, bernafas saja akan terasa sulit. Aku menjadi lebih baik bukan untuk diriku sendiri, kukorbankan segala hal demi kalian. Namun jika sesuatu hal besar terjadi, aku bisa apa. Aku perempuan, dan belum tentu bisa mengatasi segalanya. Melihat kalian sakit bisa membuatku sekarat.. Ya Rabb..


Friday, April 04, 2014

Persepsi


Kalian pasti pernah mendengar tentang persepsi, menurut kalian apa sih persepsi itu? Kalo menurutku, persepsi itu kayak parabola. Mau sinyal nya bagus atau nggak, kalo parabolanya bagus ya tayangan televisi nya juga bagus atau sebaliknya kalo parabola nya nggak bagus. Setiap orang punya daya tangkap masing-masing, dan hasilnya juga ngasih respon yang berbeda-beda. Ada 2 kalimat yang selalu diartikan berbeda sama orang-orang di sekitarku, dan aku sendiri pernah ngebantah lagsung cara mereka nangkep maksud dari kalimat itu.

Yang pertama, kalimat “semua keluarga yang baik adalah yang dimulai dari nol”. Dan kalimat itu, selalu disambungin sama kalimat kedua “terima aku apa adanya”. Dan dua-dua nya selalu digambarkan dengan keadaan yang ironis, kritis, dan selalu dijadikan alasan untuk membuat kita merasa bersalah dengan atas nama kemanusiaan agar menerima permintaan mereka. Padahal, persepsi yang mereka tangkap dari 2 kalimat tersebut adalah “semua keluarga yang baik adalah yang dimulai dari minus” dan “terima aku seadanya”. Alias tidak mau berusaha untuk mengubah diri secara personal, dan menjadikan 2 kalimat itu sebagai tameng agar diterima seadanya yang minus-minus saja. Proses adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup, proses yang panjang, penuh jerih payah, dan kesulitan adalah sesuatu yang harusnya jadi salah satu penilaian. Bukan hanya tentang pamor, pencitraan, atau hasil akhir nya. Dan 2 kalimat  “semua keluarga yang baik adalah yang dimulai dari nol” dan “terima aku apa adanya” bisa dibuktikan hanya dengan melihat proses hidup mereka bukan pencitraan nya. Karena mereka yang benar-benar telah berusaha tidak akan berada pada titik minus atau nol untuk selamanya, meraka akan berusaha dan Tuhan pasti akan menghargai usaha mereka. Mereka pasti akan berusaha mengubah diri, menaiki tangga kehidupan agar menemukan seseorang yang sama. Bukankah jodoh itu cerminan diri