Friday, September 12, 2014

Write your Destiny

Suatu malam di ujung ruangan, perempuan itu menatap lekat layar dihadapannya. Dia berfikir bagaimana harus mengeluarkan penjelasan atas hobby yang dipertanyakan beberapa orang disekitarnya, hobby yang menjadi teman sejatinya. Dia mulai mengetik beberapa kata, dan mulai ada suara dari tuts-tuts di hadapannya. Tapi sekali lagi, berakhir dengan Ctrl+A kemudian Delete.

Apa arti menulis untukmu?

Pertanyaan macam apa ini, pikirnya. Dia tidak tau bagaimana cara menjelaskan arti keberadaan teman sejatinya itu. Hingga akhirnya, dia menutup mata. Mulai merasakan apa yang dia rasakan, dan menulis..


Menulis, seperti air aku melihatnya. Air yang disebut-sebut sebagai obat, sebagai elemen paling menenangkan di dunia. Seperti terapi tersendiri, pada tulisan aku bisa melepaskan penat dalam bentuk yang lebih menyenangkan. Seperti air dia menyegarkan, mengalir pelan membersihkan ubun-ubun kepala, melewati mata dan sedikit tergoyang membias menjadi air mata. Melewati hidung, menyerbak seperti embun pagi yang menghembus  di hadapan jendela. Kemudian turun perlahan membasahi mulut dan tenggorokan, membuat mulut kehilangan kata-kata tak berguna untuk diucapkan. Berubah menjadi tulisan-tulisan pasti. Mengalirkannya melewati pancreas, melegakan setiap tarikan nafas. Mengalir kembali melewati hati, membawa setiap luka akan tersakiti. Merembes pada empedu, membuai lambung melepaskan endapan racun. Kemudian segala hari biru tangis seolah sirna dengan luar biasa, mengembun menjadi kata-kata melayang di udara, tertangkap dalam imajinasi membentuk makna tersendiri. Menjadi lebih berarti..