Monday, March 24, 2014

suatu tahun

Sejak pertama kali menghirup udara dan merasakan matahari 1 januari 2014, aku udah merasakan nyeri di bagian ulu hati. Rasanya nyeri, geli, dan bikin perasanku jadi ngeri sendiri. Ada apa gerangan?


Dulu, aku pernah ditipu. Seolah menjadi kerbau yang dicocol hidung nya, atas nama cinta segalanya terasa nyata. Bersyukur hati ini mudah terasuki, bukti-bukti menyerang hati dan menyerah pada pikiran yang sudah diracuni oleh perasaan. Intuisiku menang, mengatakan bahwa kebohongan berada tepat di tengah-tengah hubungan. Dan sepertinya, intuisiku mulai memberi sinyal kembali. Ada yang aneh dengan tahun ini, mimpi 9 tahun yang lalu saja bisa teringat kembali. Campur aduk nyeri bertubi-tubi menyerang ulu hati, menyebar ke semua ruas nadi. Si Permadi yang ada di dalam serial ‘Tukang bubu naik haji’ juga menyambangi mimpi, menyapa menjadi suami. Lucunya, itu anyalah mimpi. Oh, sudahlah.. ada yang aneh dengan tahun ini.

Saya pernah gagal

Pernah menjalani cara hidup yang salah bukan berarti membuat kita akan sepenuhnya salah, dan pernah gagal dalam satu tangga kehidupan bukan berarti kita bodoh dan tak punya tempat di mata Tuhan. Realita hidup kadang memang tak seperti dongeng, film, atau drama. Tapi hidup kita ada pada tangan kita sendiri, dan setiap langkah yang kita ambil adalah sepenuhnya tanggung jawab kita, terlepas dari langkah itu diambil oleh saran teman atau siapapun disisi kita. Dosen psikologi saya di semester pertama pernah menjelaskan sebuah teori, bahwa manusia memiliki sifat Manusiawi. Mereka memiliki sisi manusiawi yang tersimpan, tertutup dengan semua sifat yang dipelejari secara otodidak dari jalan cerita kehidupan. Seperti ketika kita gagal, itu adalah cara sisi manusiawi kita ‘meminta tolong’ seolah-olah mengatakan “tolong, aku sudah tidak sanggup lagi”. Dan karena diri kita sendiri yang gagal, siapa yang pertama kali harus menolong? Tidak lain dan tidak bukan adalah diri kita sendiri. Terimalah bahwa kita pernah gagal, terimalah bahwa kita pernah salah ataupun kalah. Kita manusia bukan dewa, gagal wajar dan bukanlah suatu hal yang kurangajar. Setelah kita terima bahwa kita gagal, tolonglah diri kita dengan memberikan semangat dan tekad yang kuat untuk kedua kalinya. Tidak perlu terburu-buru, persiapkan dulu, atau sembuhkan dulu luka gagal sebelumnya. ‘kadang, kita harus mundur satu langkah untuk mengambil beberapa langkah yang lebih jauh’, jadi nggak perlu malu. Untukmu, untuk kalian yang pernah gagal, saya dan semua orang yang saya kenal pernah gagal dalam satu pencapaian mereka. Dan kami tidak menyerah..