Monday, June 30, 2014

Filosofi Jual Beli



Filosofi seorang perempuan yang belum menikah itu seperti barang yang dijual, memeiliki kualitas dan harga masing-masing. Kualitas barang yang special selalu diminati pasar, diperebutkan dan dicari oleh kebanyakan orang. Tapi ketika barang dengan kualitas yang terbaik itu selalu dibandrol dengan harga mahal, maka pasar akan berfikir dua kali untuk merogoh kocek lebih dalam. Beberapa orang di pasaran berfikir bahwa untuk apa membeli barang mahal dengan kualitas terbaik, yang lain lagi akan rela menjual apapun miliknya demi barang itu. Ketika sudah berada pada titik ini, banyak orang akan mulai memikirkan manfaat dari barang itu sendiri. Mereka akan menimbang-nimbang antara kualitas dan manfaat dengan harga barang. Setelah dibeli, nasib barang itu akan berada pada tangan si pembeli. Diumpamakan saja barang itu adalah buku, maka nasib buku itu bisa menjadi hiasan, buku bacaan, atau sekedar disimpan. Itu semua tergantung si pembeli, dan tergantung ingin menjadi apa barang itu sendiri. Pada konteks manfaat, perempuan akan lebih adil jika diumpamakan sebagai barang yang fleksibel, dia bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Dia bisa menjadi perempuan hebat yang mau menjadi apapun untuk si pembeli, atau menjadi apa yang dia inginkan. Kembali lagi, nasibnya berada di tangan si pembeli. Lalu bagaimana jika dibeli oleh penjahat, lalu bagaimana jika dibeli oleh perampok, pencuri? Aku ingin dibeli oleh pejabat, konglomerat, atau orang hebat? Aku ingin, aku ingin, aku ingin, sifat dasar manusia yang menginginkan kesempurnaan selalu menjadi acuan. Bersyukur lah jika kalian beberapa perempuan adalah orang yang percaya pada sebuah dalil bahwa “perempuan baik akan mendapatkan laki-laki baik, begitu pula sebaliknya” , karena itu artinya kalian sudah memiliki rumus untuk menyelesaikan persoalan ini. Buatlah dirimu perempuan menjadi sesuatu yang sefleksibel mungkin, dimana adakalanya kamu harus menjadi ibu, babu, guru, ataupun penipu. Tingkatkan kualitas dirimu, karena kualitas akan selalu erat kaitannya dengan hargamu. Jika kamu lelah menempa diri, teriakkan lelahmu. Teriakkan lelahmu dalam doa, tangiskan demi meminta pembeli yang sebaik-baiknya. Karena seperti barang berkualitas, kita butuh promosi. Promosikan dirimu dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, pemilik dari segala jenis manusia. Lalu gigit erat aturan pemakaian, aturan kehidupan yang akan kamu jalankan. Sulit bukan? Membingungkan bukan? Jawabannya Tidak. Karena kebaikan itu seperti nafas, sangat mudah dilakukan. Tapi saking mudahnya, terkadang kita melupakan. Perempuan, kalian akan menjadi pembentuk dari manusia di masa depan. Akan banyak sekali rintangan di hadapan kalian yang siap menghadang, maka jadilah sebaik mungkin, promosikan seramai mungkin, agar pembeli itu adalah orang yang juga sesempurna mungkin. Karena barang yang sudah dibeli, tidak dapat ditukar kembali. Nasibmu, di tanganNYA.

Darah Saya



Negaraku memiliki berbagai macam suku, ras, agama, Bahasa, dan strata tentunya. Dalam berbagai cerita, masing-masing suku memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan dan kelebihan itu lebih terlihat sebagai hasil dari budaya dan kebiasaan hidup masing-masing. Seperti orang jawatengah yang lebih suka membicarakan sesuatu dibelakang ketimbang di hadapan orangnya karena budaya sopan yang dijunjung tinggi sehingga menyinggung perasaan adalah salah satu pelanggaran norma yang dihindari. Ataupun Masyarakat pesisir pantai yang memiliki ciri khas berbicara lantang karena lokasi tempat tinggal yang berada di pesisir pantai membuat suara mereka harus berpacu dengan suara ombak. Itu semua terbentuk karena kebiasaan dan hal yang wajar dalam kehidupan, tapi aku pernah tidak mau mengakuinya. Darah cina dan Surabaya yang mengalir dalam diriku pernah tidak kuakui keberadaannya. Orang cina yang dikenal sebagai manusia pelit dan perhitungan, juga orang Surabaya yang dikenal kasar dan kurang sopan. Dulu, darah cina sempat kulupakan karena menurutku terlalu memalukan, dan darah Surabaya dengan Bahasa jawa sempat terganti dengan Bahasa ‘Lo Gue’ hanya karena gengsi. Itu baru suku, belum lagi tentang Strata yang selalu berusaha kuangkat dengan setinggi-tingginya. Tapi, sekarang aku menyesal pernah melakukannya. 

Dalam perjalananku ke singapura beberapa bulan yang lalu, aku bangga dengan darah cina yang mengalir cukup jelas di dalam diriku. Dan memang harus kuakui, perhitungan adalah salah satu sifatku yang sampai sekarang masih aku usahakan untuk hilang. Disana di negeri singa itu, kulihat banyak orang cina berlalu lalang. Mereka berjalan sedemikian cepatnya, seolah waktu untuk berjalan ini juga berharga jika hanya untuk berjalan. Mereka duduk di dalam trem dengan kesibukan berarti seperti membaca buku melalui tablet, belajar bersama, dan mengasah kemampuan melalui aplikasi-aplikasi dalam smartphone mereka. Orang cina yang terkenal sebagai pebisnis handal, orang cina yang tergolong cepat dan tanggap dengan kondisi pasar, orang cina yang selalu punya tekad kuat untuk menjadi manusia modern dan maju dalam segala bidang, itu semua tak kulihat dan kulupakan hanya karena sifat dasar orang cina yang terkenal perhitungan dan tega. Tapi sekarang, aku bangga sebagai keturunan cina. Darah wiraswasta yang memang menjadi sumber penghasilan keluargaku secara turun temurun itu juga kubanggakan, dan kami sering menyebut diri kami dengan sebutan ‘Cina Ndeso’. HAHAHA

Surabaya adalah kota besar yang paling dekat dengan kabupaten tempat tinggalku sekarang. Walaupun aku tinggal di kabupaten kecil di tengah pulau jawa, darah Surabaya itu terbawa melalui nenekku yang awalnya adalah rakyat cina. Hidup berthaun-tahun di Surabaya dan hijrah ke kabupaten kecil tidak menghilangkan sifat Surabaya yang akhirnya melekat pada semua anggota keluarga besarku. Ciri-ciri nya sangat mudah dilihat, cenderung keras dan bersuara lantang. Bahasa jawa Surabaya yang cenderung kasar digunakan oleh beberapa kota-kota kecil di sekitarnya,termasuk kota kecil tempat tinggalku. Bahasa jawa medhok, kasar, sifat keras, dan bersuara lantang, aku tidak akan pernah menggantinya lagi dengan Bahasa ‘Lo Gue’ hanya karena memenangkan gengsi demi posisi strata di hadapan manusia.

Dan tentang Strata, kita boleh beracting dengan pakaian, kepemilikan, tapi jangan dengan jiwa hanya demi strata. Hidup ini sudah menjadi film dengan Tuhan YME sebagai sutradara, tidak perlu beracting lagi bertamengkan gengsi hanya demi strata. Jika menurutmu kamu bisa, maka berusaha. Jika menurutmu kamu tidak bisa, masih banyak kesempatan lain diluar sana. Jika kamu silau dengan strata mereka yang berisikan harta, buatlah mereka silau dengan strata yang berisikan hati. Karena strata tertinggi adalah yang berada disisi Sang Pencipta.

Dua Nyawa Kata



Setiap kata memiliki arti berbeda jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, dan banyak sekali sudut pandang yang ada. Satu kata baik bisa menjadi sindiran, atau bisa menjadi semangat. Satu kata buruk bisa menjadi hujatan, atau bisa menjadi nasihat. Semua berakhir dengan manfaat baik dan tak bermanfaat, dari satu kata bisa menjadi 2 nyawa. Kadang cacian bisa menjadi hujatan hebat pada harga diri seseorang, atau bisa menjadi nasehat luar biasa bagi seseorang. Namun, tidak semua kata dibentuk untuk menyusun cerita dengan mudah. Masing-masing dari kita memiliki sesuatu yang tak bisa dibagi dengan orang lain, yang hanya cukup menjadi rahasia bagi yang sudah mengetahuinya. Namun sifat alamiah manusia yang tidak mampu menahan sakit termasuk rahasia selamanya pasti selalu punya seseorang untuk berbagi, pasti punya seseorang untuk diajak berdiskusi. Orang tersebut pastilah sangat dipercaya hingga rahasia yang merugikan manusia dan selalu ditutup rapat akan terbuka dengan sendirinya. Banyak orang dengan karakter berbeda di dunia ini, ada yang egois, temperamental, sabar, bijaksana, penyayang, pendengar, perasa, dan masih banyak lagi. Diantaranya akan tercampur beberapa sifat dalam satu manusia, hingga akan kalian temui manusia semacam ini.
 
Melihatnya adalah hal yang kadang biasa saja, namun bercerita padanya bisa membuatmu lupa bahwa setiap manusia tetap harus berhati-hati dengan manusia lainnya. Sifat dasar manusia yang ingin bertahan hidup membuat manusia harus tetap waspada pada semua manusia, tapi kalian akan lupa ketika melihatnya mendengarkan diri kalian bercerita. Pertanyaannya bukanlah semacam pertanyaan investigasi yang akan membuat kalian merasa menjadi pejahat ataupun yang lainnya, namun pertanyaan nya membuat kalian membuka pintu pertahanan hati kalian sendiri. Wajahnya ketika mendengar seolah memancarkan aura yang mengatakan “say it, im the freedom. Say it, make it free.. free your soul”, dan kita terbuai. Anggukannya, kedipan matanya, senyuman kecilnya, tawa kecilnya akan membuatmu nyaman dan mengatakan segalanya tanpa dipaksa. 

Manusia semacam itu akan selalu ada bagi kita, dan bahkan kita juga bisa menjadi manusia itu dari sudut pandang manusia lainnya. Namun ketika kalian menemukan manusia itu, katakana pada diri kalian sendiri bahwa dia tetaplah manusia. Sebaik apapun dia, semudah apapun kalian bercerita, itu adalah respon dari sifat alamiah diri manusia kita yang akan merasa nyaman ketika dimengerti, didengar, dan dipercaya. Dia tetaplah manusia yang kadang bisa berbuat salah, dan dia tetaplah manusia yang memberikan saran padamu diatas segudang masalah yang tersimpan rapat dalam hatinya. Karena kata hanyalah kata, baik dan buruk adalah nyawa yang kita pilih dari kata tersebut. Tapi pendengar itu tetaplah manusia, jangan pernah menuntutnya berbuat adil seperti apa yang dia katakana padamu walaupun sebijaksana apapun nasihatnya. Dia tetaplah manusia..