Tuesday, November 26, 2013

tunggu saja



Aku hanya akan menitipkan bayangan untukmu, karena kita pasti terpisahkan oleh jarak, oleh jalan kehidupan yang berbeda. Kita satu tujuan, tapi berbeda jalan. Kita stu pikiran, tapi beda cara mempraktekkan. Kita satu jiwa, tapi dengan dua raga. Pulau indah dengan ombak tinggi itu yang akan terus menyaksikan hidupmu, menyaksikan sangsi nya hidupmu. Dan kota dengan junjungan budaya yang tinggi ini yang menyaksikanku, menyaksikan bolak-balik hidupku. namun langit, langit melihat kita. Melihat kita beradu dengan jutaan manusia, melihat kita lelah karena jutaan pemikiran gagal, dan kita tidak pernah menyerah. Langit melihat kita, itu artinya kita selalu melihat langit yang sama. Kita, akan bertemu lagi dibawah langit, menginjak tanah, dan alunan suara merdu panggilan Tuhan. Kita, hanya menunggu waktu. Menunggu Sang langit tak tega, dan menyatukan kita berdua. Tunggu saja...

Saturday, November 23, 2013

Siluet Prince Project - Plot



Mataku serasa mau copot begitu melihat dia, dia. Ya, dia. Dia yang 2 tahun lalu kutemui di dalam bus jurusan surabaya – jogja, yang manisnya setengah mati, yang bikin aku bisa nulis cinta bernuansa ceria lagi, yang memberiku inspirasi. Kulihat dia semakin jauh, jalannya agak cepat dengan menenteng sebuah kamera DSLR di lehernya. Untuk pertama kalinya ini, aku nggak sadar bahwa aku melakukan hal bodoh demi perasaan, demi penasaran. Kukejar langkahnya, aku setengah berlari, dan TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNN. Kudengar suara klakson mobil diarah kiriku, dan orang-orang mulai melihat kearahku sambil mengatakan “mbak, hati-hati.” Pengendara mobil tadi juga sedikit emosi akibat ulahku yang menyeberang pertigaan nggak pake tengok kanan tengok kiri, bisa terlihat dari ucapannya “oo.. semprol, mengko yen ketabrak piye”. Dan hanya satu kata yang bisa keluar berkali-kali dari mulutku, “maaf , ngapunten, maaf “. Kulanjutkan langkahku, kupercepat, dan kuedarkan pandanganku. Dia hilang, kemana dia. Aduuuh, bisa nyesel setengah hidup nih kalau nggak nemuin dia disaat aku lagi kehabisan ide begini. Dia kan ispirasiku, mungkin tuhan mempertemukan kita sekarang karena Ia tau aku kehabisan udara di ruang imajinasiku. Kulanjutkan terus langkah kakiku, dan... ketemu. Seketika aku berlari dan rem mendadak di hadapan punggungnya. Malioboro yang ruwet dan ramai membuat langkahnya tertahan. Oh tuhaann, dua tahun lalu aku sedekat ini dengan dia, bedanya itu di bus tapi sekarang di malioboro. Saking senangnya, aku tidak sadar kalau dia sudah sedikit lebih jauh dari tempatku berdiri. Aku berlari lagi, tapi bodohnya aku... aku menabrak punggungnya.
BRUKK.. kulihat dia jatuh diantara tas-tas batik yang sedang akan ditata oleh pemiliknya.
“ mas kalo jalan mbok yo ati-ati thoo “ ibu-ibu pemilik tas itu mengingatkan dia sambil mengambil tas-tas jualannya yang telah amburadul nggak karuan.
“ iya bu, maaf. Ngapunten, saya nggak sengaja.” Laki-laki itu meminta maaf, dia mengatakannya dengan campuran bahasa indonesia dan bahasa jawa. Logat agak medoknya bener-bener terdengar jelas, aku takjub. Dia orang jawaaaaa.. yeaayy. Oh ya, aku juga harus minta maaf, bodoh.
“ aduh ngapunten bu, mas, kulo mboten sengaja. Mriki kulo bantu beresin. “ aku bicara sebisa mungkin, bahasa jawa halus ku yang kurang mahir membuat ada beberapa kata indonesia yang nyelip nggak jelas.
“ iya mbak, nggak apa-apa. “ dia membenahi posisi duduknya sambil terus merapikan tas-tas tadi
“ nggeh, tapi lain kali hati-hati nggeh mbak.” Ibu penjual tas itu masih saja dongkol, kata-katanya barusan agak ketus.
“ ini sampun beres bu, ngapunten sekali lagi.” Ucapku
“ iya, ngapunten, permisi bu.” dia menambahi
“ iya, makanya kalo pacaran itu jangan di malioboro mbak, mas, jalanannya sempit jadi harus hati-hati kalo memang mau jalan-jalan disini.”
Oiing, pacaran? Aku melihat kearah dia, dan dia juga melihat kearahku. Wajahku mungkin kelihatan seperti orang bodoh sekarang, karena kulihat mimik muka dia juga berubah sangat lucu, sangat aneh. Tapi mungkin dia tau bahwa ibu itu salah sangka, dan dengan bijaksananya dia mengatakan.. “ iya bu, ngapunten sekali lagi, permisi “ kemudian berjalan pergi sambil berulang kali tersenyum kearah ibu tadi. Aku yang berada dibelakangnya hanya ikut senyum dan mengikuti langkahnya berjalan. Aku berjalan menunduk dengan langkah pelan, ucapan ibu tadi membuatku senyum-senyum sendiri samapi sekarang. Kulihat lagi hadapanku, dia hilang. Oh tuhaaaan, jangan hilang lagiii. Kulanjutkan langkahku, kupercepat, tapi tetap tidak ketemu. Aku telah sampai di ujung malioboro, dan dia masih belum ketemu juga. Kulihat arah kanan-dan kiri, hanya ada beberapa taksi. Apa iya dia naik taksi terus pulang ya? Aiiihh, jleb banget deh. Aku menyerah. Ah, yaudahlah aku balik aja. Aku berjalan kembali menuju tempatku parkir motor, tapi haus yang daritadi nyiksa gara-gara panasnya jogja dan posisi indomaret di tengah-tengah malioboro bikin aku pilih nongkrong dulu di indomaret itu. Lagian juga aku baru inget kalau di indomaret malioboro ada fasilitas nongkrongnya, sama fasilitas charger gratis, lumayanlah. Setelah pilih-pilih minuman sama cemilan, aku duduk di salah satu bangku yang kosong. Aku charge handphone ku, dan kusudahi rasa hausku. Sambil serius bales sms di handphoneku, nggak sengaja siku ku nyenggol tas orang yang duduk disebelahku sampai isi nya berantakan di lantai. Entah kapan orang ini dateng, tapi untung aku nggak nyenggol kamera DSLR yang ada disebelah tasnya. Ini untuk yang kedua kalinya tuhan, oh.
“ maaf maaf, maaf ya mas.. “ ucapanku terhenti seketika begitu melihat wajahnya, dia ketemu. Diaaa.
“ iya nggak apa-apa mbak. Mbak? Mbak? “ dia menggoyang-goyangkan tangannya di hadapanku, aku ngelamun ngelihat dia. Bego. Tersadar dari lamunanku, aku Cuma bisa lanjutin permintaan maafku dan dia juga membalas lagi ucapannya.
“ iya nggak apa-apa, oiya mbak yang tadi kan ya? Yang nabrak saya di pasar tadi? “
Oh god dia inget, alhamdulilah. Tapi? Nabrak? Kok kesannya bersalah gitu yah? Hadeeh.
“ iya mas. Duh nggak enak nih sama mas nya, masa dalam sehari bisa sampe nabrak mas dua kali. Eh yang kali ini nyenggol ding. Hehe, Maaf ya mas. “
“ ah yaudah, nggak apa-apa.” sambil tersenyum maniiisss banget, senyuman yang dulu dia pasang di bus dua tahun lalu. Ya Tuhan, hambamu meleleeeehh.