Friday, December 21, 2012

♥ i love my life ♥




Siang ini aku berbicara agak serius sama dosen  psikologi, bu Aulia. Dia menyuruhku mendatangi bagian psikoterapy di kampus psikologi tapi aku menolak. Tidak banyak orang yang bisa membuatku merasa nyaman dan bisa bicara serius dengannya, tapi orang asing satu ini bisa. Bu Aulia termasuk orang asing, aku baru mengenalnya di semester 1 ini. Tapi aku tahu betul bahwa obrolanku dengannya tentang “membuka kembali pintu neraka” itu nggak akan Cuma jadi sesi curhat omong kosong. Aku yakin dia akan memberikan saran-saran terbaik yang bisa kuterima dengan akal sehat, tidak seperti dengan orang lain yang mungkin hanya bisa memberikan komentar-komentar standart seperti kata ‘sabar yaa’ dan ‘jangan nyerah yaa’. Itu semua kata-kata standart yang bisa didapatkan dari semua orang, tapi yang bisa memberikan komentar berarti dan cerdas itu jarang. Aku masih sangat ingat tentang beberapa kalimat yang kami bicarakan..
Aku : “ apa aku bisa sembuh bu ? “
Dia : “ sembuh? Emangnya kamu sakit? Kamu nggak sakit dit, kamu nggak apa-apa “
Aku : “ tapi aku ngrasa jadi orang paling aneh sedunia “
Dia : “ tau nggak? Posisi kita sama dit. Saya dulu juga pernah berada di posisi yang sama kayak kamu, tapi saya udah melaluinya. Ketika itu saya memang berfikir bahwa saya harus sempurna, karena saya seorang kakak dan karena saya yang pertama. Tapi, suatu ketika saya disadarkan sama omongan dari kakak sepupu saya yang bilang ‘siapa yang nuntut kamu bener terus? Kita ini manusia, nggak mungkin ada yang nggak salah’. Saya memang ngrasa depresi waktu itu, apalagi saya tahu bahwa saya gagal pada fase itu, saya harus menyelesaikan kuliah selama 9 tahun itu adalah suatu kegagalan yang memang harus diakui. Sebenernya itu sama kayak kegagalan kamu, itu adalah cara kita minta tolong dengan tanpa ucapan. Secara nggak langsung kegagalan itu nunjukin arti bahwa ‘tolong, aku udah nggak tahu lagi musti ngapain’, dan itu normal. Sekarang pun saya masih merasa menyesal karena ayah saya sudah pension tapi saya masih di awal masa kerja, dan saya sudah berusia 32 tahun. Nggak apa-apa kok dit pernah gagal itu, itu bukan suatu hal yang memalukan. Kamu harus lepasin semua tekanan-tekanan yang kamu bentuk buat diri kamu sendiri, karena nggak ada yang nuntut kamu untuk jadi sempurna. Lettin go, lepasin semua yang dulu. Kalo kamu masih memperlakukan orang-orang dengan konteks kegagalanmu dulu, mereka juga akan memperlakukanmu dengan hal yang sama. Dan itu akan lebih menyakitkan buat kamu, karena kamu yang lebih tahu. Maafkan orang-orang yang dulu, dan lepasin semuanya. Dan kalo kamu belum sanggup untuk menghadapi masalah yang sekarang, tetep aja pura-pura nggak tahu. Kuatin dulu diri kamu, baru setelah kamu merasa cukup kuat untuk menghadapi, buka lagi masalah itu dan selesaiin.”

Aku masih terdiam, berfikir tentang ini, itu, sana, mereka, dia, tentang, bukan, iya, kemudian, selanjutnya, seperti, dan harus tanpa mengapa. Cukup, aku lebih cinta pada diriku sendiri. Karena jika diriku sudah tau kemana arahnya, maka yang lain pun akan tetap jadi wajar. Yang penting adalah aku, keluargaku, dan Tuhanku.
I love my life

0 comments: