4/16/2013 -
aulia's sketch
No comments
Siluet Prince
“dek dek dek, bangun
dek. Terne nang perak diluk.” Sambil nendang-nendang pelan ke paha adekku
“ngantuk mbak, sek lah” mulet-mulet nggak jelas kemudian mlungker lagi di kasur
“ hwaaaaaaaaaaaaa, cepetaaaaaaaaaaaaaaaannn” kuteriaki dia , sampai akhirnya jawaban pasrah keluar juga “iyoooooooo” hahahaha, dia membalas kemudian langsung berdiri dan nyamber kunci motor.
motor melaju melewati kabut malam hari, sepertinya itu adalah jam-jam dimana kabut mulai terbentuk. Tepat pukul 01:00, kulihat jam di tangan kananku. Kurasakan dingin yang melewati pipiku, dan sengaja kuhirup dalam-dalam udara malam itu. Aku menatap kearah kiri, terlihat bangunan masjid nan megah dan terlihat anggun ketika malam. Tepat di hadapan masjid itulah posisi rumahku.
“ngantuk mbak, sek lah” mulet-mulet nggak jelas kemudian mlungker lagi di kasur
“ hwaaaaaaaaaaaaa, cepetaaaaaaaaaaaaaaaannn” kuteriaki dia , sampai akhirnya jawaban pasrah keluar juga “iyoooooooo” hahahaha, dia membalas kemudian langsung berdiri dan nyamber kunci motor.
motor melaju melewati kabut malam hari, sepertinya itu adalah jam-jam dimana kabut mulai terbentuk. Tepat pukul 01:00, kulihat jam di tangan kananku. Kurasakan dingin yang melewati pipiku, dan sengaja kuhirup dalam-dalam udara malam itu. Aku menatap kearah kiri, terlihat bangunan masjid nan megah dan terlihat anggun ketika malam. Tepat di hadapan masjid itulah posisi rumahku.
Rumah, ada
sesuatu yang sangat ingin kulakukan dalam jangka lama bersamamu. Tapi, masalah
yang menyelimutimu membuatku ingin lari. Menarik garis membelah provinsi, dan
masih enggan kembali. Ada sesuatu..
Setelah nunggu lumayan
lama di sisi kiri jalan yang membawa kearah jawatengah, akhirnya lewat juga
satu bus yang kelihatan jelas arahnya. Papan nama bertuliskan yogya di depannya
langsung bikin aku jingkrak-jingkrak kesenengan. Baru masuk, ternyata aku nggak
dapet tempat duduk. Yaaaahh, terpaksalah duduk di depan deket supir. Berada
tepat di depan kaca bus yang gedenya hampir sebesar layar proyektor. Hihihi,
berasa lagi nonton film layar lebar yang isinya Cuma jalanan arah solo.
10 menit berlalu, dan
ketika bus berada di kertosono, kernet bus memberi tahuku bahwa di belakang ada
satu bangku kosong. Aku berjalan ke belakang, kulihat beberapa orang sedang
tertidur dan satu bangku kosong di sebelah ibu-ibu yang juga sedang tertidur.
Tanpa permisi, langsung saja aku duduk disebelah ibu itu. Buseeett, ibunya
ngorok men. Suara dengkuran nya memang pelan, tapi aku yang berada disebelah
ibu itu pasti denger. Masih saja kuperhatiin itu ibu-ibu sambil
meringis-meringis Aneh. Dan..
BUK!!!!
“ aduh “ kupegang pelipisku dan kulihat sebelahku ada
seorang laki-laki yang sedang membetulkan posisi tas laptopnya dan terus
mengucapkan maaf.
“ maaf mbak, saya nggak sengaja. Maaf. “
“ iya mas nggak apa-apa.” Aku tersenyum kecil
Kuperhatikan kembali
laki-laki itu, kulihat dia yang sedang bersandar di samping kursi di depanku.
Wajahnya bener-bener nggak asing, wajahnya kelihatan mirip dengan seseorang.
Apalagi waktu dia minta maaf sambil masang muka memelas tadi, bener-bener
mirip. Mirip sama dia, dia yang jauh disana. Pikiranku mulai melayang jauh,
kembali pada 3 bulan yang lalu. aku menangis di hadapan laki-laki bodoh itu,
dan rasa sakitnya masih terasa.
“ mau kemana mbak? “ pertanyaan dari ibu-ibu
disebelahku membuatku kaget dan tersadar dari lamunanku. Kapan ibu ini bangun
yaa, udah ngorok misterius pula ibu ini. Hiiiyy..
“ ke solo bu. “ jawabku sambil tersenyum Aneh
Ibu itu tidak menjawab
dan memalingkan wajahnya ke lain arah, tuha kan Aneh. Dan aku melanjutkan
kegiatan penelitianku sebelumnya. Meneliti laki-laki itu. Kupandangi laki-laki
itu, Ganteng, manis juga, badannya jadi lagi, dengan celana selutut warna brown
army sama jaket parasit warna hitam. Wuuu, my favorite style. Dia memakai tas
punggung warna hitam dan membawa tas laptop slempang dengan warna senada.
Wajahnya yang agak putih bikin wajahnya terlihat fresh walaupun dilihat dari
samping. Dia siapa yaa, aku jadi penasaran. Bentuk wajahnya, manisnya,
bener-bener mirip sama orang itu. Tapi tingginya nggak sih, lebih tinggi
laki-laki ini. Mungkin bedanya sekitar 8-10 cm. Dan waktu aku masih dengan
serius memperhatikan laki-laki di depanku itu, mendadak dia menengok kearahku
dan kami sempat berpandangan selama sepersekian detik sebelum akhirnya dia
mengalihkan kembali pandangannya. Mampuuuuuusssss, ketahuan pasti ini. Duh
tengsiiiiiiiin. Ke GR an pasti ini orang. Huh. Karena aku capek mandangin dia
terus, dan takut ketahuan lagi, akhirnya kuputuskan untuk tidur saja.
Lama tertidur, dan aku terbangun
dari tidurku. Mataku langsung mengarah ke jendela. Kulihat diluar begitu gelap.
Sudah berapa lama ya aku tidur? Kepalaku agak pusing gara-gara tidur sambil
duduk, mungkin tadi posisi kepalaku kurang nyaman jadinya sekarang leherku juga
ikutan nyeri. Huh. Kulihat kedepan dan laki-laki tadi menghilang. Dimana ya
dia?. Kutegakkan posisi dudukku dan kulihat kearah depan, Cuma kelihatan kepala.
Mana aku tahu dia yang mana. Kulihat kebelakang, dan dia tidak ada di segala
tempat duduk di belakang. Berarti dia di depan, tapi yang mana ya? Aku masih
saja penasaran. Yahhh, nggak ketemu. Padahal kan manis banget, lumayan buat
bersihin belekan di mata biar lebih fresh. Hihiiihihii. Aku mulai senyum-senyum
sendiri. Duh apaan sih. Hihihihi
Setelah menunggu sekitar
15 menit, akhirnya bus sampai di terminal tirtonadi, itu artinya aku sudah
sampai di solo. Kulihat beberapa orang keluar dari bus, kuperhatikan satu
persatu, tapi tetap saja tidak kutemukan laki-laki itu. Berarti laki-laki itu
ambil jurusan jogja, fikirku. Setelah bus kembali melanjutkan perjalanan selama
10 menit, aku bersiap turun di depan RS. Yarsis yang berada tepat disebelah
kampusku. Aku menyiapkan barang-barangku, membetulkan posisi hijabku yang
berantakan akibat posisi tidur tadi, dan berjalan kearah depan dekat sopir. Aku
berdiri di sebelah sopir sambil memegang tiang paling depan untuk menjaga
keseimbangan tubuhku yang masih ngantuk. Sambil berdiri, kuedarkan pandanganku
kearah belakang, dan ih wooooowww.. kutemukan laki-laki tadi. Dia tertidur
dengan lucunya. Wajahnya tidak begitu terlihat karena posisi duduknya yang
membungkuk membuat bagian dagunya sedikit terbenam di kerah jaketnya. Mas ini,
mau pasang muka memelas kayak tadi, mau biasa aja, mau tidur kayak gini,
dilihat dari samping, dari depan, masih aja kelihatan manis. Anak siapa sih
ini, dan aku mulai senyum-senyum nggak jelas sambil mandangin laki-laki itu.
Hihihihi. Aku tahu, pasti sekarang pipiku merah. Hihihihi
“ kampus..kampus..” suara kernet menyadarkanku
Aku langsung memandang
ke sisi kanan, dan kulihat bus sudah berada di perempatan jalan dibawah
jembatan layang, kulihat pula gerbang kampus yang sedikit sudah pudar warnanya.
Tatapanku kembali kearah laki-laki tadi, dan aku langsung selesai dalam sekali
pandang. Kusambar tas jinjingku dan langsung turun dari bus. Aku berjalan
melewati jalan raya yang sepi, mungkin karena ini masih malam makanya sepi.
Kulihat jam tanganku, bener aja sepi lawong masih jam 04.00 pagi. Matahari sama
sekali belum menampakkan cahayanya.
0 comments:
Post a Comment