Thursday, December 05, 2013

Look in the eye



 Dan tatapan kami memiliki arti, arti yang hanya kami yang mengerti.

kutatap wajahnya, seperti biasa posisi aneh yang selalu diciptakan oleh wajahnya. Tutup pena di gigi, mata tertuju pada satu kertas, dan dahi sedikit mengkerut. Tak lupa, jakun yang menonjol di lehernya. Wajah yang tidak pernah memaksaku menjadi seperti apa yang dia mau, tak pernah ragu ikut tertawa gila bersamaku. Wajah yang sangat memahami ketika aku menangis tanpa sebab, atau ketika aku merajuk menginginkan sesuatu. Dia tau betapa mneyebalkannya aku, dia tau betapa aku seperti anak kecil dengan segudang ambisinya. Dia yang lebih sabar daripada aku..
“ kamu udah makan? “
“ udah kok, kamu sendiri udah makan? “ sambil terus menatap kertas di hadapannya, suaranya aneh dengan posisi mulut masih menggigit tutup pena seperti itu
“ udah juga. Kamu mau eskrim nggak? Aku pengen eskrim niiih”
“ okeee, 10 menit lagi ya. Ini tinggal bagian akhir yang aku belum ngerti, perhitungannya berantakan.”
“ perhitungan apa siih, udah deeehh. Perhitungan yang bagus tuh ngitung jumlah gigi niihh. Hiiii.”
kutarik kertas yang dia bawa dan kupasang wajah dengan senyum gigi paling freak sedunia.
“ kamuuu, iya ayo deh. Kita beli sekarang yuk maniiis.”
“hahahahahaha, yuk yuk yuk.” Kutarik tangannya, kuseret dia pelan sambil tertawa.

                             *********************************************************
pekerjaan selalu saja memuakkan, perhitungan apa lagi ini yang salah. Terus kurenungi kertas laporan kantor dengan beberapa perhitungan yang entah bagian mana salahnya.
“ kamu udah makan? “ kudengar suaranya bertanya, mungkin dia bosan daritadi melihatku sibuk dengan beberapa kertas sedangkan dia sudah selesai dengan pekerjaannya. Suara yang selalu menentramkan hatiku, yang selalu memberiku semangat.
“ udah kok, kamu sendiri udah makan? “
“ udah juga. Kamu mau eskrim nggak? Aku pengen eskrim niiih” suaranya mulai merayu, memintaku meninggalkan kertas ini. Ini lah menyebalkannya dia, tapi aku tidak pernah bisa marah padanya. Sejenak konsentrasiku tidak terarah pada laporanku, aku jadi teringat ketika dia pernah bilang bahwa dia ingin didampingi superman. Kukatakan aku bukan superman, lalu dia bilang bahwa aku spiderman. Kujawab lagi bahwa aku spiderman, dan dia menjawab ‘baiklah kamu boleh jadi apa saja yang penting aku mau kamu’. Itulah, aku tidak pernah menyerah untuknya. Karena dia juga tidak pernah menyerah untukku.
“ okeee, 10 menit lagi ya. Ini tinggal bagian akhir yang aku belum ngerti, perhitungannya berantakan.” Kujawab sekenanya
“ perhitungan apa siih, udah deeehh. Perhitungan yang bagus tuh ngitung jumlah gigi niihh. Hiiii.”
dia merampas kertasku, kemudian tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya yang agak berantakan dengan 2 gigi taring di sisi kanan dan kiri. Ah, dia. Selaluuuu saja membuatku tertawa, membuatku bisa melepas beban hanya dengan menatap kelakuannya.
“ kamuuu, iya ayo deh. Kita beli sekarang yuk maniiis.”
“hahahahahaha, yuk yuk yuk.” Sambil menyergap tanganku, merapatkan jari-jari tangannya pada tanganku. Manis, aku tidak akan pernah mau kehilangan kamu.

0 comments: