11/23/2013 -
aulia's sketch
No comments
Siluet Prince Project - Plot
Mataku serasa mau copot
begitu melihat dia, dia. Ya, dia. Dia yang 2 tahun lalu kutemui di dalam bus
jurusan surabaya – jogja, yang manisnya setengah mati, yang bikin aku bisa
nulis cinta bernuansa ceria lagi, yang memberiku inspirasi. Kulihat dia semakin
jauh, jalannya agak cepat dengan menenteng sebuah kamera DSLR di lehernya.
Untuk pertama kalinya ini, aku nggak sadar bahwa aku melakukan hal bodoh demi
perasaan, demi penasaran. Kukejar langkahnya, aku setengah berlari, dan
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNN. Kudengar suara klakson mobil diarah kiriku, dan
orang-orang mulai melihat kearahku sambil mengatakan “mbak, hati-hati.”
Pengendara mobil tadi juga sedikit emosi akibat ulahku yang menyeberang
pertigaan nggak pake tengok kanan tengok kiri, bisa terlihat dari ucapannya
“oo.. semprol, mengko yen ketabrak piye”. Dan hanya satu kata yang bisa keluar
berkali-kali dari mulutku, “maaf , ngapunten, maaf “. Kulanjutkan langkahku,
kupercepat, dan kuedarkan pandanganku. Dia hilang, kemana dia. Aduuuh, bisa
nyesel setengah hidup nih kalau nggak nemuin dia disaat aku lagi kehabisan ide
begini. Dia kan ispirasiku, mungkin tuhan mempertemukan kita sekarang karena Ia
tau aku kehabisan udara di ruang imajinasiku. Kulanjutkan terus langkah kakiku,
dan... ketemu. Seketika aku berlari dan rem mendadak di hadapan punggungnya.
Malioboro yang ruwet dan ramai membuat langkahnya tertahan. Oh tuhaann, dua
tahun lalu aku sedekat ini dengan dia, bedanya itu di bus tapi sekarang di
malioboro. Saking senangnya, aku tidak sadar kalau dia sudah sedikit lebih jauh
dari tempatku berdiri. Aku berlari lagi, tapi bodohnya aku... aku menabrak punggungnya.
BRUKK.. kulihat dia
jatuh diantara tas-tas batik yang sedang akan ditata oleh pemiliknya.
“ mas kalo jalan mbok yo
ati-ati thoo “ ibu-ibu pemilik tas itu mengingatkan dia sambil mengambil
tas-tas jualannya yang telah amburadul nggak karuan.
“ iya bu, maaf.
Ngapunten, saya nggak sengaja.” Laki-laki itu meminta maaf, dia mengatakannya
dengan campuran bahasa indonesia dan bahasa jawa. Logat agak medoknya
bener-bener terdengar jelas, aku takjub. Dia orang jawaaaaa.. yeaayy. Oh ya,
aku juga harus minta maaf, bodoh.
“ aduh ngapunten bu,
mas, kulo mboten sengaja. Mriki kulo bantu beresin. “ aku bicara sebisa
mungkin, bahasa jawa halus ku yang kurang mahir membuat ada beberapa kata
indonesia yang nyelip nggak jelas.
“ iya mbak, nggak
apa-apa. “ dia membenahi posisi duduknya sambil terus merapikan tas-tas tadi
“ nggeh, tapi lain kali
hati-hati nggeh mbak.” Ibu penjual tas itu masih saja dongkol, kata-katanya
barusan agak ketus.
“ ini sampun beres bu,
ngapunten sekali lagi.” Ucapku
“ iya, ngapunten, permisi
bu.” dia menambahi
“ iya, makanya kalo
pacaran itu jangan di malioboro mbak, mas, jalanannya sempit jadi harus
hati-hati kalo memang mau jalan-jalan disini.”
Oiing, pacaran? Aku
melihat kearah dia, dan dia juga melihat kearahku. Wajahku mungkin kelihatan
seperti orang bodoh sekarang, karena kulihat mimik muka dia juga berubah sangat
lucu, sangat aneh. Tapi mungkin dia tau bahwa ibu itu salah sangka, dan dengan
bijaksananya dia mengatakan.. “ iya bu, ngapunten sekali lagi, permisi “
kemudian berjalan pergi sambil berulang kali tersenyum kearah ibu tadi. Aku
yang berada dibelakangnya hanya ikut senyum dan mengikuti langkahnya berjalan.
Aku berjalan menunduk dengan langkah pelan, ucapan ibu tadi membuatku
senyum-senyum sendiri samapi sekarang. Kulihat lagi hadapanku, dia hilang. Oh
tuhaaaan, jangan hilang lagiii. Kulanjutkan langkahku, kupercepat, tapi tetap
tidak ketemu. Aku telah sampai di ujung malioboro, dan dia masih belum ketemu
juga. Kulihat arah kanan-dan kiri, hanya ada beberapa taksi. Apa iya dia naik
taksi terus pulang ya? Aiiihh, jleb banget deh. Aku menyerah. Ah, yaudahlah aku
balik aja. Aku berjalan kembali menuju tempatku parkir motor, tapi haus yang
daritadi nyiksa gara-gara panasnya jogja dan posisi indomaret di tengah-tengah
malioboro bikin aku pilih nongkrong dulu di indomaret itu. Lagian juga aku baru
inget kalau di indomaret malioboro ada fasilitas nongkrongnya, sama fasilitas
charger gratis, lumayanlah. Setelah pilih-pilih minuman sama cemilan, aku duduk
di salah satu bangku yang kosong. Aku charge handphone ku, dan kusudahi rasa
hausku. Sambil serius bales sms di handphoneku, nggak sengaja siku ku nyenggol
tas orang yang duduk disebelahku sampai isi nya berantakan di lantai. Entah
kapan orang ini dateng, tapi untung aku nggak nyenggol kamera DSLR yang ada
disebelah tasnya. Ini untuk yang kedua kalinya tuhan, oh.
“ maaf maaf, maaf ya
mas.. “ ucapanku terhenti seketika begitu melihat wajahnya, dia ketemu. Diaaa.
“ iya nggak apa-apa
mbak. Mbak? Mbak? “ dia menggoyang-goyangkan tangannya di hadapanku, aku
ngelamun ngelihat dia. Bego. Tersadar dari lamunanku, aku Cuma bisa lanjutin
permintaan maafku dan dia juga membalas lagi ucapannya.
“ iya nggak apa-apa,
oiya mbak yang tadi kan ya? Yang nabrak saya di pasar tadi? “
Oh god dia inget,
alhamdulilah. Tapi? Nabrak? Kok kesannya bersalah gitu yah? Hadeeh.
“ iya mas. Duh nggak
enak nih sama mas nya, masa dalam sehari bisa sampe nabrak mas dua kali. Eh yang
kali ini nyenggol ding. Hehe, Maaf ya mas. “
“ ah yaudah, nggak
apa-apa.” sambil tersenyum maniiisss banget, senyuman yang dulu dia pasang di
bus dua tahun lalu. Ya Tuhan, hambamu meleleeeehh.
0 comments:
Post a Comment