12/03/2014 -
aulia's diary
No comments
Membisu dalam suara, berteriak dalam sajak
Kepergian
akan selalu menjadi sebait waktu yang menyakitkan, namun kedatangan akan
membawa perban dengan obat yang menyembuhkan. Aku dan kamu memang dipetemukan,
sempat dipersatukan, namun kemudian dipisahkan. Kepergianmu juga masih menjadi
sebait waktu yang menyakitkan, namun kedatangan yang kutunggu kesembuhannya
belum juga datang. Aku lelah menunggu, aku lelah mencarimu di semua lorong
kedatangan. Sebelum kamu pergi, kamu memang beriku cirri untuk dapat menemuimu
lagi. Tapi apa daya, energi ini hampir kering untuk menantimu muncul kembali.
Di setiap lorong kedatangan kugantungkan mata siaga, agar aku tak pernah
lewatkan waktu jika kamu ada. Telinga penuh informasi tentang jejak sebelum
kamu pergi, namun tetap saja tanpa arti. Waktu demi waktu 4 tahun yang lalu itu
sungguh membuatku rindu, seperti anak merindu sang ibu. Aku dan kamu itu satu,
raga dengan jiwa di dalamnya. Lalu
ketika kamu pergi, akankah kamu kembali lagi, atau mungkin kedatangan yang lain
sebagai pengganti. Datanglah kembali, kutunggu kamu di lorong kedatangan
seperti isi janji.
0 comments:
Post a Comment