“dek dek dek, bangun dek. Terne
nang perak diluk (anter ke perak sebentar).” Sambil nendang-nendang pelan ke
paha adekku
“ngantuk mbak, sek lah (sebentar lah) ” mulet-mulet nggak jelas kemudian
mlungker lagi di kasur
“ hwaaaaaaaaaaaaa, cepetaaaaaaaaaaaaaaaannn” kuteriaki dia , sampai akhirnya
jawaban pasrah keluar juga
“iyoooooooo (iya)” hahahaha, dia
membalas kemudian langsung berdiri dan nyamber kunci motor.
motor melaju melewati kabut malam hari, sepertinya itu adalah jam-jam dimana
kabut mulai terbentuk. Tepat pukul 01:00, kulihat jam di tangan kananku.
Kurasakan dingin yang melewati pipiku, dan sengaja kuhirup dalam-dalam udara
malam itu. Aku menatap kearah kiri, terlihat bangunan masjid nan megah dan
terlihat anggun ketika malam. Tepat di hadapan masjid itulah posisi rumahku.
Rumah, ada
sesuatu yang sangat ingin kulakukan dalam jangka lama bersamamu. Tapi, masalah
yang menyelimutimu membuatku ingin lari. Menarik garis membelah provinsi, dan
masih enggan kembali. Ada sesuatu..
Setelah nunggu lumayan lama di
sisi kiri jalan yang membawa kearah jawatengah, akhirnya lewat juga satu bus
yang kelihatan jelas arahnya. Papan nama bertuliskan yogya di depannya langsung
bikin aku jingkrak-jingkrak kesenengan. Baru masuk, ternyata aku nggak dapet
tempat duduk. Yaaaahh, terpaksalah duduk di depan deket supir. Berada tepat di
depan kaca bus yang gedenya hampir sebesar layar proyektor. Hihihi, berasa lagi
nonton film layar lebar yang isinya Cuma jalanan arah solo.
10 menit berlalu, dan ketika bus
berada di kertosono, kernet bus memberi tahuku bahwa di belakang ada satu
bangku kosong. Aku berjalan ke belakang, kulihat beberapa orang sedang tertidur
dan satu bangku kosong di sebelah ibu-ibu yang juga sedang tertidur. Tanpa
permisi, langsung saja aku duduk disebelah ibu itu. Buseeett, ibunya ngorok men.
Suara dengkuran nya memang pelan, tapi aku yang berada disebelah ibu itu pasti
denger. Masih saja kuperhatiin itu ibu-ibu sambil meringis-meringis Aneh. Dan..
BUK!!!!
“
aduh “ kupegang pelipisku dan kulihat sebelahku ada seorang laki-laki yang
sedang membetulkan posisi tas laptopnya dan terus mengucapkan maaf.
“
maaf mbak, saya nggak sengaja. Maaf. “
“
iya mas nggak apa-apa.” Aku tersenyum kecil
Kuperhatikan kembali laki-laki
itu, kulihat dia yang sedang bersandar di samping kursi di depanku. Wajahnya bener-bener
nggak asing, wajahnya kelihatan mirip dengan seseorang. Apalagi waktu dia minta
maaf sambil masang muka memelas tadi, bener-bener mirip. Mirip sama dia, dia
yang jauh disana. Pikiranku mulai melayang jauh, kembali pada 3 bulan yang
lalu. aku menangis di hadapan laki-laki bodoh itu, dan rasa sakitnya masih
terasa.
“
mau kemana mbak? “ pertanyaan dari ibu-ibu disebelahku membuatku kaget dan
tersadar dari lamunanku. Kapan ibu ini bangun yaa, udah ngorok misterius pula
ibu ini. Hiiiyy..
“
ke solo bu. “ jawabku sambil tersenyum Aneh
Ibu itu tidak menjawab dan
memalingkan wajahnya ke lain arah, tuha kan Aneh. Dan aku melanjutkan kegiatan
penelitianku sebelumnya. Meneliti laki-laki itu. Kupandangi laki-laki itu,
Ganteng, manis juga, badannya jadi lagi (sixpack), dengan celana selutut warna
brown army sama jaket parasit warna hitam. Wuuu, my favorite style. Dia memakai
tas punggung warna hitam dan membawa tas laptop slempang dengan warna senada.
Wajahnya yang agak putih bikin wajahnya terlihat fresh walaupun dilihat dari
samping. Dia siapa yaa, aku jadi penasaran. Bentuk wajahnya, manisnya,
bener-bener mirip sama orang itu. Tapi tingginya nggak sih, lebih tinggi
laki-laki ini. Mungkin bedanya sekitar 8-10 cm. Dan waktu aku masih dengan
serius memperhatikan laki-laki di depanku itu, mendadak dia menengok kearahku
dan kami sempat berpandangan selama sepersekian detik sebelum akhirnya dia
mengalihkan kembali pandangannya. Mampuuuuuusssss, ketahuan pasti ini. Duh tengsiiiiiiiin.
Ke GR an pasti ini orang. Huh. Karena aku capek mandangin dia terus, dan takut
ketahuan lagi, akhirnya kuputuskan untuk tidur saja.
Lama tertidur, dan aku terbangun
dari tidurku. Mataku langsung mengarah ke jendela. Kulihat diluar begitu gelap.
Sudah berapa lama ya aku tidur? Kepalaku agak pusing gara-gara tidur sambil
duduk, mungkin tadi posisi kepalaku kurang nyaman jadinya sekarang leherku juga
ikutan nyeri. Huh. Kulihat kedepan dan laki-laki tadi menghilang. Dimana ya
dia?. Kutegakkan posisi dudukku dan kulihat kearah depan, Cuma kelihatan kepala.
Mana aku tahu dia yang mana. Kulihat kebelakang, dan dia tidak ada di segala
tempat duduk di belakang. Berarti dia di depan, tapi yang mana ya? Aku masih
saja penasaran. Yahhh, nggak ketemu. Padahal kan manis banget, lumayan buat
bersihin belekan di mata biar lebih fresh. Hihiiihihii. Aku mulai senyum-senyum
sendiri. Duh apaan sih. Hihihihi
Setelah menunggu sekitar 15
menit, akhirnya bus sampai di terminal tirtonadi, itu artinya aku sudah sampai
di solo. Kulihat beberapa orang keluar dari bus, kuperhatikan satu persatu,
tapi tetap saja tidak kutemukan laki-laki itu. Berarti laki-laki itu ambil
jurusan jogja, fikirku. Setelah bus kembali melanjutkan perjalanan selama 10
menit, aku bersiap turun di depan RS. Yarsis yang berada tepat disebelah
kampusku. Aku menyiapkan barang-barangku, membetulkan posisi hijabku yang
berantakan akibat posisi tidur tadi, dan berjalan kearah depan dekat sopir. Aku
berdiri di sebelah sopir sambil memegang tiang paling depan untuk menjaga
keseimbangan tubuhku yang masih ngantuk. Sambil berdiri, kuedarkan pandanganku
kearah belakang, dan ih wooooowww.. kutemukan laki-laki tadi. Dia tertidur
dengan lucunya. Wajahnya tidak begitu terlihat karena posisi duduknya yang
membungkuk membuat bagian dagunya sedikit terbenam di kerah jaketnya. Mas ini,
mau pasang muka memelas kayak tadi, mau biasa aja, mau tidur kayak gini,
dilihat dari samping, dari depan, masih aja kelihatan manis. Anak siapa sih
ini, dan aku mulai senyum-senyum nggak jelas sambil mandangin laki-laki itu.
Hihihihi. Aku tahu, pasti sekarang pipiku merah. Hihihihi
“
kampus..kampus..” suara kernet menyadarkanku
Aku langsung memandang ke sisi
kanan, dan kulihat bus sudah berada di perempatan jalan dibawah jembatan
layang, kulihat pula gerbang kampus yang sedikit sudah pudar warnanya.
Tatapanku kembali kearah laki-laki tadi, dan aku langsung selesai dalam sekali
pandang. Kusambar tas jinjingku dan langsung turun dari bus. Aku berjalan
melewati jalan raya yang sepi, mungkin karena ini masih malam makanya sepi.
Kulihat jam tanganku, bener aja sepi lawong masih jam 04.00 pagi. Matahari sama
sekali belum menampakkan cahayanya.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Hari pertama kuliah rasanya capek,
masih ngantuk. Gara-gara semalem perjalanan bus, mataku masih sedikit sembam
dan aku menguap berkali-kali. Belum lagi hari ini adalah hari senin, dimana
semua jadwal kuliah hanya berisi tentang laboratorium. mulai dari laboratorium
kimia, labroratorium pangan, dan laboratorium gizi kuliner. Fiuhhhh, tambah
bikin capek aja. Namaku Ayla, mahasiswa jurusan gizi d3 di sini, salah satu
kampus muhammadiyah yang telah banyak di berbagai kota. Salah satunya, solo.
Atau bisa juga disebut Surakarta. Sekarang adalah semester dua buatku, jadi
sudah hampir satu tahun penuh aku berada disini. Betewe, mataku masih
capeeeekkk banget. Rasanya pengen pulang lagi ke jombang, atau jalan-jalan ke
jogja. Lama juga aku sudah tidak pergi ke jogja, baru nyadar. Huaaahh, kembali
ke kelas, seharian penuh menjalani beberapa jadwal laboratorium yang memenuhi
waktuku. Mulai dari jam 07.00 pagi hingga 15.00 sore hari.
Lelaaaaaaahhhhhhhhhhh.. badanku ambruk diatas kasur begitu sampai di kos an.
Selesai mandi dan sholat, badan
lumayan terasa segar walaupun masih agak capek-capek siih. Hmmm, biasanya
jam-jam segini di kos an pasti rame, tapi berhubung semua penghuni kos sedang
menyelesaikan masa liburannya, jadi deh aku sendirian di kos an. Fakultasku
memang terbilang paling kerajinan di kampus. Disaat semua mahasiswa dari
fakultas lain sedang melewati 4 hari sisa-sisa liburannya, fakultasku sudah
mulai berkutat dengan jadwal-jadwal super padat yang membuat kami merasa ingin
muntah seketika dan mengeluarkan beberapa slide PPT dalam bentuk cair.
Huaaaaaahhhh. Sudahlah, nggak usah diinget lagi. Bisa-bisa aku beneran muntah
kalo masih inget kampus juga walaupun udah bersemayam di kos an.
Mataku menerawang jauh sambil
menatap langit-langit kamarku yang di cat pink terang. Aku tiba-tiba teringat
kembali pada laki-laki itu, laki-laki manis yang kutemukan di bus malam jurusan
jogja. Ngomong-ngomong soal jogja, aku serius dengan pemikiranku tadi pagi bahwa
aku sangat kangen sama jogja. Rasanya bisa gila kalau aku membayangkan setiap
sudut kota itu. Mulai dari tata kota nya, jalanan padat dengan bangunan khas
jawa nya, gang-gang kecil yang memiliki bangunan-bangunan dengan tinggi yang
rendah, membuatnya terlihat hangat dan terasa akrab. Tidak seperti
bangunan-bangunan tinggi di kota-kota lain yang terlihat angkuh dan memualkan. Dan,
tidak cuma tata kotanya yang membuatku rindu, tapi juga sesuatu yang masih
tertinggal didalamnya. Jogja, masih ada yang perlu kuselesaikan denganmu.
Tentang cerita masa lalu. Zzzzzzzzzzzzzz... aku ketiduran.
Keesokan harinya, kesibukanku
dimulai kembali. Berkutat dengan beberapa lab dan kelas.
“
hai jeeeeeeeng.” Kudengar suara dibelakangku, dan sudah kuketahui siapa pemilik
suara itu. Pasti Ane, Anedia prayoga. Temanku yang paling centil di kelas tapi
juga teman terdekatku di kelas.
“
heeii, bisa nggak sih manggilnya jangan jeng, bisa-bisa aku dikira mak-mak
rempong yang lagi nyamar jadi mahasiswa lagi.” Gerutuku
“
ih lebay deh, ini bukan film ya neeng.” Ane mulai menggodaku, kemudian berjalan
mengiringiku
“
lagian kamu ini juga ada-ada aja, masa cewek cantik dan imut gini dipanggil
jeng sih. Bisa turun pasaran iniii.” Aku mulai kePDan dan senyam-senyum genit
sambil terlihat agak menyombongkan diri.
“
diih, mulai gila ni anak. Kemaren liburan kemana sih, bisa ampe geser gitu
kelakuan?” tanya Ane sambil mulai meletakkan tangannya di jidatku. Dia
membalikkan telapak tangannya dan mulai sok-sok an seperti dokter yang
memeriksa pasiennya. “tuh kan, panas. Udah mulai nggak waras nih anak.” Ucap Ane,
dilanjutkan dengan gelakan tawa. “ ih sialan ya, awas lu.” Lalu kusingkirkan
tangan Ane, kemudian kami tertawa bersama hingga terdengar sedikit menggema di
lorong fakultas kesehatan lantai 3 yang sedang kami lewati.
Setelah 5 kelas dan istirahat
sholat dilalui, akhirnya habis juga jadwal kampus hari ini.
“
ay, besok sabtu ikutan nggak ?” terdengar suara dari ujung koridor
“
kemana ?” tanyaku sambil menoleh kebelakang, ternyata Ane.
“
ada teater di kampus, teaternya anak USF. Sekalian aku mau ngecengin si manis
sama anak-anak.”
Anak-anak? Pasti Meida, Pramesti,
Gita, sama Rara. Mereka itu gang nya Ane, ya walaupun aku sendiri juga temen
deketnya Ane, tapi aku nggak terlalu deket sama 4 orang itu. Kita kenal, sering
ngobrol, tapi nggak pernah ada niatanku untuk ikutan gang mereka yang suka
ngecengin anak teater yang mukanya aja aku nggak tahu. tapi, itung-itung ngisi
jadwal malmingan jomblo, ya ikut ajalah aku.
“
ikut ne, jemput bisa nggak? “
“
oke sip. Aku kedepan ya ay, udah dijemput. Kamu ati-ati pulangnya.” Sambil
berbalik arah kemudian kami pulang kerumah masing-masing.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malem minggu dateng lagi,
sebeeeeeeeeeel. Harusnya sih sebel seperti biasa, tapi kali ini nggak kok.
Malem minggu kali ini adalah waktunya aku jalan-jalan bareng-bareng temen-temen
kelas. Yuhuuuu.. akhirnya malem minggu nggak sepi kayak biasanya. Maklumlah,
jomblo akut. Hahahaha
Kakiku jalan dengan santainya,
senada sama baju yang aku pake. Super santai. Cukup celana jeans biru muda
dengan hiasan sedikit belel di bagian lutut dan betis, kaos oblong panjang
setengah paha dengan lengan berwarna
hitam dan bagian dada warna putih bertuliskan superman, dan hijab berwarna
hitam. Belum lagi, jam tangan warna putih di pergelangan tangan kanan dan
gelang ombre sekitar 7 biji di tangan kiriku, hwew.. aku berasa balik jadi anak
SMA lagi malem ini. Hahaha. Style ku malem ini bisa dibilang style dadakan,
gimana nggak dadakan? Lawong aku baru bangun tidur langsung ditarik dan
diajakin berangkat, walhasil ya beginilah. Padahal kaos ini udah aku pake tidur
2 hari . sssstttttt.. tapi itu rahasia. Untung aja tadi aku sempet nyamber
facial foam di kamar mandi, jadi ya sekarang aku bisa bersihin mukaku di toilet
kampus. Hehehehe
Kami, yaitu aku , ane, Meida,
Pramesti, Gita, sama Rara, duduk di hall fakultas keguruan sambil menunggu
acara tetaer yang sudah kami rencanakan itu dimulai. Beberapa orang di sekitar
kami juga sepertinya sama seperti kami, sedang melakukan beberapa hal untuk
mengisi waktu menunggu. Ada yang mulai bernarsis-narsis ria foto bersama
teman-temannya, ada juga yang berfoto bersama spanduk premier teater yang
memang sengaja disediakan untuk berfoto. Ditengah serunya obrolan kami,
mendadak Ane dkk mulai ribut sendiri tanpa mempedulikan aku yang terus menatap
penasaran pada mereka. Karena posisi dudukku berada di paling kanan, aku jadi
nggak ngerti apa yang sebenernya mereka ributin. Ada apa siihh.. batinku.
“ Ne, ada apaan sih? “ tanyaku
pada Ane, tapi Ane tetap serius dengan obrolan bareng Rara dkk. Kuperhatikan
gerakan mulut mereka, tapi aku tetap nggak bisa menebak apa yang mereka
ributin. Tiba-tiba Shinta menunjuk-nunjuk kearah gerombolan cowok-cowok dan 2
cewek diantaranya yang berada sekitar 20 meter di depan kami. Entah siapa yang
mereka ributkan, tapi mereka kelihatan freak kali ini. Percis dengan fans JKT48
waktu nonton kumpulan artis yang menyanyikan lagu setengah jepang itu. Tapi
bedanya, kali ini mereka nggak pake teriak-teriak dan bawa lampu neon khusus
konser. Jari tangan kanan Ane juga
mendadak mulai menunjuk kearah gerombolan cowok-cowok tadi, dan pandanganku
mulai serius menatap kearah gerombolan yang lagi mereka tunjuk-tunjuk itu.
Mataku mulai mengamati, dan menebak-nebak ada apa sebenarnya. Apa ada yang aneh
dari gerombolan cowok-cowok itu? Tapi kayaknya nggak ada. Mereka normal-normal
aja. Terus apa?.
“ Ne, apaan sih? “ aku
menyenggol-nyenggol siku Ane pelan, dan kali ini Ane merespons.
Alhamdulilaahhh..
“ itu lho Ay, si ganteng. Si
ganteng yang sering aku ceritain ke kamu itu.“ dan jari tangan kanan Ane mulai
menunjuk lagi kearah gerombolan tadi.
“ yang mana sih Ne? “
“ itu tuh, yang make kemeja
kotak-kotak sama jam tangan putih. Itu tuh yang namanya Mahesa ”
Mataku mulai memilah, memilih
semua orang di dalam segerombolan orang-orang itu. Banyak yang memakai kemeja
kotak-kotak, tapi satu-satunya yang memakai jam tangan warna putih hanya yang
berdiri paling ujung kiri. Oh, itu toh. Cakep sih, lucu juga, matanya yang agak
sipit bikin dia terlihat seperti orang cina. Tapi kalo aku bilang dia beneran
cakep, bisa kesenengan ni si Ane.
“ oh, itu. Biasa aja lah.”
“ biasa gimana? Itu sih lebih
dari biasa namanya Ay. Wah sok berselera tinggi nih kamu.” Ane mulai melotot,
dan berkacak pinggang.
“ iya, emang biasa gitu. Anak
semester berapa sih? Kok kayanya udah tua gitu.”
“ ih, bukan tua yaaa.. dia
babyface.” Ane jengkel sendiri dan membuat ekspresi marah yang sangat lucu
“ iyadeh iya iya babyface..
boyband face maksudnya. Hahahahaha”
SILAHKAN UNTUK PARA PENONTON,
BISA MULAI MENGANTRI UNTUK MASUK KEDALAM RUANG TEATER.
Suara keras dari salah satu audio
mengakhiri perdebatan kami, dan dengan muka lega aku meninggalkan Ane yang
masih aja pasang tampang kusut dan sok-sok marah. Hahahahaha