10/02/2013 -
aulia's column,aulia's diary
No comments
Perempuan Indonesia
Saya adalah satu diantara banyak orang yang
percaya pada perubahan dimulai dari sesuatu yang tidak biasa. Sesuatu yang
cenderung menyimpang, atau terkesan dipaksakan. Sama seperti beberapa prinsip
yang perempuan masa sekarang pegang, hukum rimba yang mulai kembali digigit
dengan garang. Siapa yang lemah, siapa tak mau bergerak, dia yang akan mati,
akan musnah. Walaupun mungkin masih sedikit yang mau berbuat lebih ekstrem
untuk terus eksis di jagat kehidupan, tapi saya sering menemukan perempuan-perempuan
hebat di sekitar saya. Berlalu lalang, mereka menjalani kehidupan. Ada yang
hanya gadis SMA tapi berpikiran seperti seorang psikolog, dilahapnya semua buku
kehidupan, diamatinya semua kisah-kisah orang, dan dia berusaha memahami semua
dengan pikirannya sehingga terbentuklah saran-saran dan ide-ide cemerlang
layaknya manusia yang telah bertahun-tahun menerima ilmu tentang kemanusiaan. Ada
lagi, perempuan yang hanya seorang buruh cuci kemudian berevolusi menjadi
juragan diantara sekian banyak buruh cuci lain. Ada lagi yang hanya seorang ibu
rumah tangga, kemudian berubah menjadi ibu yang bisa membantu meningkatkan
ekonomi rumah tangga lainnya. Mereka semua berusaha se kreatif mungkin. Tau kah kalian kenapa sekarang banyak sekali
wanita-wanita serba bisa diluar sana? Itu semua karena sifat dasar induk untuk
anaknya. Satu hal yang menjadi alasan semua wanita berusaha serba bisa tidak
lain adalah untuk anaknya. Demi kelanjutan hidup buah hatinya, setelah itu
tentang penempatan status sosial dirinya dan keluarganya, dan yang terakhir
adalah memanfaatkan demokrasi dan kebebasan gender yang sekarang sudah
mendunia. Saya salah satunya, mahasiswi jurusan gizi yang masih melalui proses
semester 3. Saya sebagai perempuan sadar bahwa sekarang ini segala hal
membutuhkan ilmu yang cukup untuk tetap eksis di jagad dunia. Perempuan harus
bisa menjadi pintar demi kelanjutan pendidikan dasar anak-anaknya. Bagaimana tidak
harus berusaha pintar? Seorang anak akan terus disisi ibunya ketika dia balita,
sedangkan pada masa 0-2 tahun adalah masa golden brain dimana anak tumbuh
dengan 95% dari kapasistas otaknya dan itu hanya terjadi sekali dalam seumur
hidup. Bagaimana tidak harus pintar, jika ilmu seperti itu hanya bisa diketahui
dengan pembelajaran dan pencarian informasi. Dan bagaimana tidak harus pintar? Seorang
anak di dunia global seperti sekarang akan jauh lebih pintar dibanding
anak-anak jaman dahulu. Makanan yang merekan makan, segala nutrisi yang mereka
konsumsi, dan segala kemajuan tekhnologi akan membuat pikiran mereka semakin
maju. Bagaimana tidak harus pintar, apakah para ibu akan tidak lebih pintar
dari anaknya yang harusnya mereka masih diawasi dan diberi petunjuk. Dan apakah
si pemberi petunjuk akan tidak lebih
pintar dari yang di beri petunjuk?. Banyak hal yang membuat perempuan masa-masa
sekarang seperti mengeksploitasi diri mereka. Mereka mengeluarkan segala hal
yang mereka bisa demi tetap eksis di jagad dunia. Perempuan-perempuan dengan
cobaan hidup yang sulit, mereka eksploitasi segala bentuk kesabaran mereka. Perempuan-perempuan
dengan keterbatasan, mereka eksploitasi segala kelebihan mereka. Perempuan-perempuan
dengan keyakinan hidup dan cita-cita, mereka eksploitasi seluruh tenaga dan
pikiran mereka. Sekarang hanya tinggal bagaimana sebagai masing-masing
perempuan menyikapi warna-warni hidupnya. Wahai perempuan Indonesia, jadilah
luar biasa sebagai produk-produk Indonesia .
foto dapat diunggah dari sini |
Tulisan ini dalam rangka mengikuti lomba menulis @infoikatasa (disini)
0 comments:
Post a Comment